Selamat Datang di Blog saya
Kali ini saya akan berbagi sebuah cerpen karya teman saya
silakan di baca yaa.......!!!
When I Found You In The Dark
Creat by Indah Safitri
'Ketika dia sudah lelah berdiri sendiri
dalam gelap'
"Apaan lo bilang?" Tanyaku pada Nata
orang yang sedang berhadapan denganku ditengah lapangan yang di penuhi oleh
siswa siswi Harapan Bangsa High School.
"Gue bilang, detik ini lo adalah pacar
gue, dan gue udah mengikat lo dan gue menjadi 'KITA'"ulangnya dengan
santai namun sangat yakin.
"Dasar gila," tegasku.
Dilapangan ini sangat ramai dengan murid
yang sedang berdiri mengelilingiku, padahal bel masuk istirahat akan berbunyi,
mungkin menurut mereka melihat moment saat ini adalah hal yang lebih menarik
dan sialnya Aku pemeran utama di lapangan ini dan aku benci menjadi pusat
perhatian tidak seperti dia.
"Iya gue gila karna lo, cuma lo!"
"Bahkan kita aja nggak saling kenal, Gila"
Aku makaki dia 'Gila'.
"Gue gak yakin lo gak kenal gue"
"Kenyataannya memang begitu tuan gengster"
ujarku sambil menatap dia tepat dimatanya.
"Nah itu lo tau gue gengster, artinya
lo lebih dari kenal kan" ucapnya tersenyum miring.
Tepat. Aku kalah beradu mulut dengan lelaki
satu ini.
"Terserah apaa kata lo, Gila"
lalu aku berbalik badan hendak meninggalkan keramaian ini.
Namun tiba tiba tangan ku seperti ditarik,
tidak salah lagi Nata yang menarikku dan langsung memelukku. Memelukku. Didepan
anak anak satu sekolahan. Wtf teman- temannya bahkan memasang wajah terkejut.
Apalagi aku orang yang menjadi sasarannya. Pipiku memerah. Rasanya sangat
terkejut, ditambah sorakan dari anak anak yang membuatku tambah malu + kesal dengan
perlakuan Nata ini.
"'Terserah' lo itu gue anggap jawaban,
jawabannya 'iya'" bisik dia tepat didaun telingaku dengan tetap
mempertahankan pelukannya.
Aku mendorong dia agar menjauh dari
tubuhku, dan berhasi Nata melepaskan pelukannya. "Pemaksaan tuan gengster"
tegasku sekali lagi.
"Aku tidak terima penolakan Kayana sayang"
ucapnya dan tepat menatap mataku.
"Gilaa dasar orang gila" kali ini
aku benar benar langsung berlari dan menjauh dari keramaian tersebut.
"Jangan coba coba menjauh sayang"
teriaknya. Meskipun aku sudah agak jauh dari keramaian itu, aku masih bisa mendengar
apa yang dia ucapkan. 'Gila' hanya itu yang terlintas diotakku.
●●●
Dikelas 11 IPA 2. Saat jam pelajaran Bahasa
Indonesia dan kebetulan gurunya tidak datang. Bersoraklah teman teman kelasku
karena freeclass. Aku pun rasanya bosan mendengar ocehan sahabatku Reysa yang
terus menanyakan tentang kejadian dilapangan tadi.
"Demi Kay, lo beruntung banget bisa
jadi pacarnya Nata" ucap Reysa lebay.
"Apaan beruntung terikat sama gengster
gitu, gila lagi" tegasku.
"Gaboleh gitu Kay, ntar kemakan
omongan sendiri baru rasa lo"
"Tauu amat ah"
Tiba tiba HP ku berbunyi menampilkan
notifikasi LINE. Akupun memeriksa Hpku.
Nata P
Ngapain cowok gila ini ngeLINE, pikirku.
Nata P : Balik sama gue.
Kayana S : Ogah.
Nata P : Kan udah gue bilang, jangan
coba coba menjauh dari gue.
Kayana S : Gue udah dijemput gila,
kan 15 menit lagi bel pulang.
Nata P : Suruh jemputan lo pulang
aja.
Kayana S : Enak aja lo ngomong.
Nata P : Atau gue yang harus ngomong
ke supir lo kalo lo pulang sama gue.
Kayana S : Suka banget maksa sih.
Nata P : OH atau lo mau gue cium? Gue
kekelas lo sekarang. Otw.
Gila. Benar saja Nata sudah ada dipintu
kelasku dan langsung berjalan menghampiriku dengan senyum miring nya itu. Oh
aku benar benar ingin menghilang detik ini juga.
"FINE, gue suruh sopir gue pulang dan
pulang bareng sama lo. Puas?" Kataku, sambil menelpon pak Hadi, sopir
pribadiku.
"Gitu kek Kay daritadi kan cepet
urusannya, udah ayok gue anter pulang atau lo mau jalan dulu sama pacaar lo
ini" ucap Nata percaya diri.
Aku membuang nafas "Anter Pulang.
Kerumah gue. Gak ketempat lain." Ucapku penuh penekanan.
"Dengan senang hati nona Kayana"
ucapnya dan menggandengku keluar kelas menuju parkiran. Teman teman sekelasku
memasang ekspresi wajah yang beragam, ada yang senyum senyum, yang datar,
bahkan tatapan tidak suka melihat perlakuan nata itu.
●●●
Tepat setelah 20 menit, motor Nata berhenti
didepan rumahku. Akupun langsung turun dan beranjak membuka pagar rumahku
dengan diam seribu bahasa.
"Kay, bukan mengharapkan sih tapi biasanya
pasangan lain setelah dianter pulang pacar, ceweknya bilang 'Makasih' deh ke
cowoknya terus ceweknya peluk cowoknya
deh," jabar Nata terkesan menyindir.
"Makasihhh, dan gausah berharap sama
omongan lo yang terakhir" jawabku ketus, dan langsung masuk pagar rumah.
"Besok dan seterusnya biarin sopir lo
istirahat dirumah ya Kay, gua yang akan anter jemput lo oke." Perintah Nata.
"Sayangnya lo bukan tukang ojek, yang
mengharuskan anter jemput gue"
"Gue mau kok jadi tukang ojek asalkan
bisa bonceng lo" ucap Nata tersenyum kampret.
"Dasar gila, sana lo pulang ah"
omelku.
"Gila gila tapi sayang kan"
ledeknya.
"In your dream." Kali ini aku
benar benar masuk kedalan rumah.
●●●
Setibanya diruang keluarga Aku langsung
menghempaskan badanku ke sofa tanpa berganti seragam terlebih dahulu, Aku
terlalu lelah dengan kenyataan hari ini dimana Nata menyatakan bahwa Aku adalah
pacarnya.
"Kenapa tadi pak Hadi nya disuruh
pulang lagi, Kay?" Tanya mamaku yang baru datang dari dapur.
"Itutuh, gara gara cowok gila yang
nganterin aku barusan. Masa tadi disekolah dia tiba tiba bilang didepan orang
banyak kalo aku itu pacarnya dia, nah terus pas tadi mau pulang eh pak Hadi nya
disuruh pulang lagi biar aku pulang bareng dia, gak waras kan mah." Jelas ku
panjang lebar.
"Dasar remaja labil, ntar kalo udah jatuh
cinta aja baru rasa Kay," ucap mamaku.
"Ih, mama sama aja kayak Reysa bilangnya
gitu, Bete."
"Biasanya kan gitu Kay, benci benci jadi
Cinta. Udah sana ganti baju terus makan." Perintah mamaku.
Aku hanya membuang nafas dan berlalu ke
kamar ku.
●●●
Pagi ini saat aku sedang menuruni tangga
menuju meja makan, aku dikejutkan dengan seseorang yang duduk manis dimeja makan
disebelah mamaku memakai seragam sekolah yang sama denganku dan sedang mengobrol
manis dengan kedua orang tuaku. Ya. Siapa lagi kalau bukan Nata, rupanya dia
benar benar ingin menjadi tukang ojek.
"Kay, sini Nata udah dateng dari tadi
pagi pagi banget jadinya sekalian aja mama ajak sarapan" perintah mamaku
menyuruhku duduk.
"Ngapain lo gila? Bener bener mau
pindah profesi dari pelajar jadi tukang ojek?" Tanyaku judes ke Nata.
Mamaku menatap tajam kearahku dengan
tatapan seolah 'yang sopan ya Kay sama tamu, mama gak pernah ngajarin kamu
untuk bersikap tidak sopan seperti itu'. Aku mendengus kesal.
"Kan mau jemput pacar.." jawab Nata.
"Kay, Nata baik kok tadi kita ngobrol lumayan
banyak ya, Nat?" Celah papaku seolah memberi restu. Belum tau aja papaku
kelakuan Nata. Sebenarnya Nata memasang wajah seperti apasih sampai sampai
orang tuaku menyukainya.
"Wah di restuin nih Aku." Ucap Nata
tanpa dosa sambil menyuap nasinya.
"Apaan baik, suka mainin cewek iya.
Suka cabut iya. Suka ngisengin orang iya. Suka nonjok orang iya." Tuturku.
"Ssttt.. pacar yang baik gaboleh buka
aib pacarnya sendiri" ucap Nata menatapku.
"Dasar ABG" kata papaku. Sebal.
Mereka pun sarapan bersama dengan tenang,
sampai akhirnya Nata dan Aku berangkat sekolah.
Setibanya di sekolah tentu saja, ada banyak
pasang mata yang menatap kami. Terlebih lagi Nadira, cewek yang pasalnya menyukai
Nata ah lebih tepatnya mengejar ngejar Nataa dengan cara yang bisa dibilang lebay.
Nadira selalu saja mengintili kemana Nata pergi disudut sekolah, Nadira juga
selalu memakai make up tebal jika ke sekolah, ingin menarik perhatian Nata
mungkin.
Ah sebenarnya aku tahu Nata menyatakan aku
pacarnya kemarin pasti karena ingin menghindari perilaku menjijikan Nadira.
Boleh juga permainannya, membuat Nadira kesal sepertinya terdengar tidak buruk. Tapi kenapa juga aku jadi jahat begini? Ah
biarlah, lagipula Nadira juga kadang suka membuatku kesal yang selalu menyontek
pr punyaku. Baiklah akan kuikuti.
"Nata tadi masakan mamaku enak ga sayang?"
Tanyaku pada Nata didepan Nadira sambil bergelendot dilengan nya Nata. Ingin
muntah rasanya dengan ucapanku sendiri.
"Ha? Umm enak. Kamu bisa masak juga
ga? Kapan kapan masak ya buat aku." Jawab Nata yang awalnya terlihat
bingung namun mengerti juga maksudku.
"Yaudah, aku ke kelas ya?" Ucapku
kembali dengan senyum mengejek.
"Iyaaa, ketemu dikantin nanti ya
Kay" tegas Nata. Akupun langsung melenggang pergi dengan menahan tawa.
Wajah Nadira terlihat sangat kesal,
ditambah dengan hentakan kakinya dan beranjak pergi begitu saja tanpa
mengucapkan sepatah dua patah pun kepada Nata yang biasanya selalu menempel
dengan Nata. Sepertinya berhasil membuat Nadira kesal. Pikirku.
●●●
Kantin istirahat pertama.
Aku dan Nata sedang duduk di kursi yang
terletak di sisi kiri kantin menikmati makanan yang kami pesan.
"Gue gercep kan" aku membuka
percakapan.
"Emang lo ngapain?" Tanyanya.
"Itu tadi pagi, kan gue udah sok sok
imut manja najis gitu ke lo biar si Nadira kesel." Jelasku.
"Kenapa lo bikin dia kesel?"
Tanya nya kembali.
"Lah bukannya emang lo menyatakan kalo
kita pacaran itu tujuannya supaya si Nadira nggak ngintilin lo mulu kan?"
Ucapku sungguh sangat sok tahu.
"Sok tahu nya pacar ku ini" ucap
dia sambil menoyor jidatku.
"Jujur aja sihh, emang iya kan? Gak.
Gue gak marah kok kalo itu emang maksud lo, lagi gue juga sedikit kesel sama
Nadira kerjaannya nyalin pr gue terus tanpa dosa" curhatku.
"Salah besar, jangan sok tahu kenapa
sih? Gue beneran sayang kok sama lo gaada maksud lain dari hubungan ini, kalo
hubungan kita ini ternyata emang bikin Nadira ngejauh dari gue, ya gue
bersyukur. Tapi jujur dari lubuk hati gue yang paling dalaam gue gaada maksud
lain dengan hubungan kita ini selain karna gue sayang sama lo Kay," jelas Nata
panjang lebar dan menatap tepat dimataku. Deg.
Kali ini aku benar benar bisu, jantungku memompa
lebih cepat. Baru kali ini Nata berbicara seserius itu. Apa yang dia ucapkan
benar? Mata nya itu terlihat kalau dia benar benar tulus saat ini. Aku sungguh
tidak bisa mengeluarkan suara, aku diam seribu bahasa menatap mata coklatnya
itu.
"Jangan bersikap kayak tadi pagi ya
Kay kalo lo cuma tterpaksa. Gue mau lo bersikap manis karna lo emang beneran
sayang sama gue bukan ada maksud lain." Ucap nya lembut sambil tersenyum.
Manis sekali dia saat ini, seperti bukan Nata.
●●●
Notifikasi LINE ku berbunyi di jam terakhir
pelajaran.
Nata P : Kay, pulang minta jemput
sopir bisa kan. Hari ini gue gabisa anter lo pulang.
Kayana S : Kemarin sih ada yang
bilang pak Hadi disuruh istirahat aja.
Nata P : Ada urusan. Penting.
Kayana s : Sepenting itukah?
Nata P : ooh.. sepertinya pacarku ini
ngambek.
Kayana S : gak, udeh sih sono bukan
urusan gue juga.
Nata P : Sipp, Love u.
Kayana S : Ew.
Tiba tiba perasaan ku tidak enak,
sebenarnya ada urusan apasih Nata, sepenting apa urusan itu?
Bel sekolah berbunyi. Aku pun membereskan
barang belajarku kedalam tas bersiap untuk pulang. Sebenarnya aku belum menelfon
pak Hadi untuk menjemputku. Entah kenapa perasaanku mengharuskan aku berada
disekolah dahulu. Lalu Reysa datang menghampiriku.
"Kay, kok lo anteng anteng aja sih disini."
Ucap Reysa tiba tiba.
" lah emang kenapa?"
"Si Nata jadi pemimpin tawuran hari
ini dan lo masih keliatan nyantai gitu.," omel Reysa.
"Bukan urusan gua juga kan dia tawuran
atau nngg--, tunggu Rey siapa lo bilang yang jadi pemimpinnya?" Tanya ku
panik.
"NATA PRANAJA. PACAR LO. OH LO MAH
NGGAK NGANGGEP YA DIA PACAR." Tegas Reysa bernada tinggi.
"Diamaana tawurannya?"
"Noh didepan, ama anak SMA blok sebrang
sana"
Tanpa ba, bi, bu aku langsung berlari
keluar sekolah mencari keberadaan Nata. Pantas saja dia tidak bisa mengantarku
pulang. Ternyata ini urusan penting nya. Tawuran? Apasih yang ada dipikirannya?
Sebentar saja aku berbelok dari area sekolah,
aku sudah bisa melihat Nata sedang melempar batu kearah lawan. Aku takut. Tiba
saja Nata melihat kearahku, sepertinya dia terkejut melihat keberadaanku. Dia
pun berlari ke arahku. Dia berteriak padaku untuk menyuruhku masuk ke dalam sekolah
karena disini bahaya. Aku tidak menurutinya karena aku tidak ingin dia tawuran,
aku menatapnya tajam. Sampai akhirnya dia tiba tepat didepan ku. Baru saja dia
akan berbicara tiba tiba batu bata berhasil mendarat di punggung nya itu,
seketika Nata pingsan. Aku ttakut, bingung harus bagaimana? Akhirnya teman
teman Nata membantuku membawa Nata keruang UKS.
Didalam ruang UKS hanya ada aku menemani Nata
yang belum sadarkan diri. Aku terus mengoleskan minyak angin ke dekat hidungnya
supaya dia sadar. 5 menit kemudian akhirnya Nata siuman.
"Aww" pekiknya ketika Nata hendak
bangun untuk duduk.
"Ehh jangan bangun dulu, pasti punggung
lo itu memar karena kena batu tadi" tegasku.
"Waaa perhatiannya, apa gue harus
tawuran dulu ya Kay baru lo perhatiin gitu, hahhaha rela deh gue tawuran
setiaap hari." Tutur dia dengan cengengesan.
"Gila dasar."
"Suka banget ngatain gue gila sih, Kay?"
Tanya nya.
"Karena emang iya" jawabku ketus.
Jujur saja aku kesal karena dia masih aktif
di tawuran. Kalau kenapa kenapa gimana. Kan bahaya. Gawat, sepertinya aku mulai
kemakan omongan sendiri, kenapa juga aku jadi mengkhawatirkanny?.
"Haha lucunya dirimu kalau jutek nya
keluar" candanya sambil mengacak rambutku. Aku hanya menatapnya kesal.
"Udah gak terlalu sakit kok ini
punggung, ayo gue anter lo pulang, udah mau sore nih" perintahnya.
"Gak. Sebelum lo janji gaakan ada tawuran
tawuran berikutnya." Tegasku.
"Waaa rupanya marah gara gara gue
tawuran ya, jadi enak diperhatiin pacar"
"Mama lo juga pasti marah lah gila kalo
tau" marahku.
"Sayangnya nggak tuh, lo orang pertama
yang marah karena gue tawuran." Jelasnya.
"Maksud lo?" Tanyaku bingung
dengan kalimat yang Nata jabarkan. Ibu nya gak marah, gimana bisa?
"Bukan apa apa kok, udah ayo
pulang" Nata menarik tanganku keluar UKS dan mengantarku pulang.
●●●
Disinilah aku sedang berdiri, dibawa tiang
bendera merah putih, tepat jam 11 siang, bahkan panasnya matahari sudah hampir
memuncak. Aku dihukum oleh bu Sastri, guru Biologi ku. Karena, aku sudah berani
beraninya tidur di jam pelajarannya. Aku bisa sampai tertidur dikelas semua
karena ulah Nata, semalaman dia berada dirumahku karena badannya panas,
terlebih lagi orang tuaku menerimanya dengan alasan kasihan Nata sendirian
dirumahnya karena mamanya sedang pergi ke luar kota. Jadilah aku terpaksa
tergaja semalaman dan berakhir di bawah tiang bendera dengan matahari yang
sangat terik ini.
"Pake ya," tiba tiba Nata
memakaikanku topi. Darimana dia datang?. Pikirku.
"Gara gara lo nih" ucapku ketus.
"Iyaa maaf, tapi makasihh ya semalem
gue udah sembuh nih, banget malah!" Terang Nata.
"Sama sama." Jawabku jutek.
"Kalau udah nggak kuat jangan dipaksa
ya! Gue kantin dulu," Tegasnya.
"Gak gentle," ujarku singkat.
"Bukan gak gentle, gue kan baru
sembuh, terlebih itukan salah lo tidur dikelas." Ucap dia sambil tersenyum
menyebalkan.
Aku hanya membuang nafas kasar. "Sana
lo ah cabut" ucapku sebal.
"Semangat ya, Kay jalanin
hukumannya" ucap dia memberi semangat, dan berlenggang pergi.
Setelah 15 menit setelah Nata pergi,
akhirnya bel berbunyi artinya hukumanku selesai. Pingsan? Tentu saja tidak, aku
termasuk orang yang dengan fisik kuat. Aku pun berlalu ke kantin untuk membeli
minum sekalian ngembaliin topinya Nata, tadikan dia bilang juga mau ke kantin.
"Kay, sini!" Teriak Nata dari pojok
kiri kantin.
"Ini topi lo," jawabku setelah
menghampirinya dan ngembaliin topi miliknya.
"Ini makan dulu, Kay" ucapnya,
ternyata dia sudah membelikanku makanan.
"Tumben amat," akupun duduk
dihadapannya.
"Terimakasih untuk yang semalem,"
tukasnya dan tersenyum.
"Ohh kirain---"
"Gue peduli beneran kok! Gue tau lo haus
dan laper kan apalagi tadi abis dihukum." Ucap Nata setelah memotong
pembicaraanku.
"Yaaa okeey," jawabku dan
menyantap makanan yang ada didepanku.
Nata tersenyum saja dan memperhatikanku
makan.
"Gausah liat liat, jelek" ucapku,
setelah menelan makanan.
"Kamu cantik," ujarnya polos.
"Dari lahir udah."
"Hahaha.. yaudah habisin makanannya,
nanti aku anter kekelas." Perintahnya.
●●●
2 minggu setelah hari dimana Aku dihukum
itu, hubunganku dengan Nata masih sama, selama 2 minggu itu Nata dan Aku
semakin dekat. Nata dan Aku selalu berangkat sekolah bareng, dan sepertinya
Nadira benar benar sudah melupakan Nata karena selama 2 minggu ini Nadira tidak
pernah muncul dihadapan kami berdua.
Selama 2 minggu itu juga aku merasa Nata
banyak berubah, Aku tidak pernah mendengar Nata tawuran lagi, meskipun kabarnya
sekolahku tawuran dengan sekolah lain, tetapi Nata tidak ikut didalamnya.
Senang? Tentu saja aku senang dan sepertinya Aku rasa aku mulai menyukai Nata.
Ya Nata. Cowok gila itu, tapi ku pikir dia lebih dari gila karena sudah membuatku
jatuh padanya. Lelaki yang sudah membuatku jatuh padanya rupanya sudah sampai
didepan rumahku. Ya dia menjemputku untuk kesekolah.
"Hari ini gue mau lo temenin gue full
day!" Ucap Nata terkesan memerintah.
"Iya, pulang sekolah nanti terserah
mau kemanapun, gue temenin." Balasku santai dan tersenyum ramah padanya.
"Dari sekarang maunya, bolos
aja!" Tukasnya tanpa melihat ku.
"Nat, ada apa?" Tanyaku karena
merasa aneh dengan sikap Nata.
"Bukan apa apa, tapi pliss hari ini.
Seharian. Gue mau sama lo aja seharian." Ucapnya memohon.
"Yaudahh, gue udah bawa baju ganti
kok" pasrahku.
Mobil Nata pun melaju membawa kami berdua,
kemana? Akupun tidak tahu. Hanya keheningan yang tercipta didalam mobil Nata
ini. Akupun bingung ingin membuka pembicaraan seperti apa, karena sepertinya
Nata tidak berminat untuk berbicara sama sekali.
"Mau kkemana, Nat?" Tanyaku
memecah keheningan.
"Suatu tempat, hanya ada lo dan gue
gaada yang lain." Ucapnya pelan.
"Gue jadi takut ih" ujarku pura
pura ketakutan.
Nata hanya tersenyum sedikit. Sedikit. Rupanya
dia benar benar tidak dalam mood yang bagus. Biasanya Nata akan menjahiliku jika
aku sudah berbicara seperti itu, tapi ini tidak, aku jadi heran. Sebenarnya
kenapa Nataku?
Selang berapa jam mobil Nata sudah
berhenti, rupanya dia membawaku ke daerah tebing, benar benar tidak ada orang
disini. Aku dan Nata turun dari mobil dan berjalan ke ujung tebing, pemandangan
dari atas tebing ini ternyata sangat bagus, ah rasanya ingin banyak mengambil
gambar. Tapi kenapa Nata mengajakku kemari?
"Kay, duduk sini!" Ucap Nata menyuruhku
duduk disampingnya.
"Hmmmm" balasku dengan anggukan.
"Kay, gue sayang sama lo" kata
nya.
"Gue tau" ucapku singkat.
"Jagan pernah tinggalin gue ya!"
"Kenapa?" Tanyaku lembut.
"Karena lo kekuatan gue, lo alesan
kenapa gue masih kuat sampai detik ini." Jawabnya lirih.
"Nata, bilang sama gue sebenernya ada
apa? Kenapa lo bilang lo masih kuat karena ada gue berarti kalau gue gaada
disamping lo sekarang lo rapuh gitu?" Tegasku.
Nata menggeleng "Hidup itu adalah
mencari kebahagiaan, gue selalu mencari kebahagiaan dimanapun, tapi gue nggak
bisa nemuin kebahagiaan itu sampai akhirnya gue ngeliat lo di taman sekolah pas
MOS, tiba tiba aja bibir gue tersenyum pas ngeliat lo marah marah sendiri
karena atribut aneh yang nempel dibadan lo, padahal waktu itu gue belum tau
siapa lo, apapun tentang lo, tapi saat itu gue merasa gue menemukan kebahagiaan
gue, sampai akhirnya gue nyuruh lo buat jadi pacar gue dilapangan itu." Ucap
nya panjang lebar.
"Nat, berarti lo duluan ya yang kenal
gue? Lo udah lama tau gue? Dan lo bilang gue sumber kebahagiaan lo saat itu?
Selama lo belum ketemu gue di taman sekolah waktu itu lo gak bahagia? Kenapa
begitu?" Tanyaku beruntun.
"Iyaa gue udah jatuh duluan jauhh
sebelum moment dilapangan itu. Iya, selama itu gue gak pernah bahagia. Kenapa?
Karena suatu hal." Jawabnya benar benar dengan suara pelan.
"Apa hal itu?"
"Kay, boleh gue peluk lo?". Aku
mengangguk.
Sebenarnya Nata ada apa? Kenapa aku seperti
tidak tahu apa apa tentang dia padahal aku merasa 2 minggu ini aku dan Nata sangat
dekat dan aku pikir aku sudag sangat mengenal Nata, ternyata tidak. Melihatnya
seperti ini seperti ada jarum kecil dalam tubuh Nata yang tidak bisa aku
temukan untuk mengambilnya. Sepertinya Nata menangis dalam pelukanku. Nata
sebenarnya ada apa? Tolong kasih tahu kenapa menangis? Jangan buat aku seperti
orang bodoh. Tiba tiba Nata melepaskan pelukannya, tapi kenapa aku merasa
seperti kehilangan saat Nata melepaskannya?
"Gue mau kita mulai dari awal, Kay,
gue suka ah bukan gue sayang bahkan cinta sama lo. Lo mau jadi pacar gue?"
Deg. Dia berbicara dengan sangat pasti. Dia menyatakan perasaannya, dan aku
pikir kali ini dia benar serius terlihat dari tatapannya. Jantungku berdetak
kencang.
"Kenapa nggak?" Jawabku.
Terlihat Nata tersenyum dan dia kembali
memelukku, kali ini lebih erat dan lama seakan akan aku akan pergi kalau dia
melepaskannya.
"Jadi, jangan pernah pergi yya,
Kay?" Bisiknya.
"Anything you want" ucapku sambil
ketawa.
"I love u" katanya.
"Too" balasku singkat.
Kita berdua pun benar benar menghabiskan
waktu berdua seharian dan melupakan sikap Nata yang aneh tadi pagi. Pukul
menunjukan 6 sore Nata mengantarku pulang, dan sampailah kita didepan rumahku,
tapi Nata tidak mampir dia langsung pamit pulang.
"MAMAAAAAA, KAYANA SENENG BANGET HARI
INI" ucapku mengagetkan mama ketika masuk kedalam rumah.
"Kenapa sih, Kay?" Tanya mamaku
penasaran.
" Hari ini Nata nyatain perasaannya ma
ke aku, tapi kali ini beneran nggak menyatakannya secara sepihak kayak
dilapangan waktu itu, duhh aku deg degan banget tadi" tukasku heboh
"Tuhkan, ABG labil pasti begini kemaren
benci sekarang benar benar cinta" kata mamaku.
"Aahh mamaaa hahahha" ucapku
malu. Akupun langsung melenggang ke kamar untuk istirahat dan tidak sabar untuk
esok hari.
●●●
Seminggu yang lalu, dia tidak menjemputku.
Sampai detik ini juga dia tidak ada kabar, handphone nya pun tidak aktif, absen
dikelasnya juga kosong saat aku menananyakannya pada sekertaris kelas Nata. Aku
marah, kenapa hari saat dia menyatakan perasaannya padaku waktu itu dia bilang
padaku untuk tidak pergi darinya jika pada kenyataannya malah dia yang pergi.
Dia benar benar membuatku jatuh sakit,
setelah dia membuatku terbang. Dia menghilang sampai sekarang dari hari saat
aku sudah yakin dengan perasaanku. Aku benci dia. Aku merasa di permainkan.
Dijalanan yang agak sepi ini, aku melajukan
mobil ku pelan karena melihat seseorang seperti Nata di depan club malam. Dan
benar saja itu adalah Nata, dia sedang memukuli seorang pria yang lebih tua
darinya. Akupun langsung memberhentikan mobilku dan menghampirinya berniat
melerai pertengkaran itu.
"NATA STOP!" Teriakku, tentu saja
Nata berhenti dan dia sangat kaget melihatku. Seperti dejavu.
"Ngapain lo disini?" Tanya nya
ketus. Pria yang tadi dipukuli oleh Nata langsung pergi entah kemana menyisakan
Aku dan Nata.
"Lo yang kemana aja selama ini?"
Tanyaku tak kalah ketus.
"Ah udahlah lo pulang aja sana gausah campurin
urusan gue." Ujarnya membuatku terkejut.
"Maksud lo apa?"
"Kita putus" ucapnya enteng. Aku
benar benar kaget.
"Ha? Nata? Lo kenapa sebenarnya?"
Ucapku lirih. Air mataku pun seperti mau turun sekali berkedip saja.
"Gausah sok peduli gue gak butuh
dikasihanin, mending sekarang lo pergi" ucapnya langsung melenggang
meninggalkanku.
Aku terpaku ditempatnya, air mataku sudah jjatuh,
lalu aku mengejat Nata yang hendak masuk mobilnya dan aku langsung menarik
tangannya lalu memeluk dirinya erat. Nata tidak memberontak.
"Nata, gaada yang sok peduli sama lo,
gue pernah berniat mengasihani lo. Ngomong sama gue, sebenernya ada apa? Lo
udah ngebuat gue jatuh sama lo dan tolong jangan buat luka akibat jatuh itu.
Kita berdua ada dikarenakan kita harus saling melengkapi satu sama lain bukan
saling menjatuhi." Ucapku sambil menangis dan memeluknya.
"Lo nggak akan pernah ngerti.." ucapnya
terdengar lirih.
"Ngerti. Kalo lo membiarkan gue untuk
mengerti" tegasku.
"Sakit."
"Biar gue, biarin gue tau sakit itu
apa, Nat."
Nata lalu membalas pelukanku dan menaruh
dagunya dipuncak kepalaku.
"Mama sama Papa gue selalu berantem
dari gue masih kecil, sifat papa yang keras selalu menyakiti hati mama, gue
selalu nangis saat melihat mama gue disakiti sama papa, sampai papa gue menggugat
cerai mama gue saat gue unur 9 tahun dan pada akhirnya mama gue depresi,
setwlah sembuh mama gue malah suka main gila. Liat laki laki yang gue pukulin
tadi? Gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri kalau dia lagi mau nidurin
mama gue di club itu. Gue hancur Kay bener bener hancur melihat keadaan keluarga
gue yang kayak gini. Maka dari itu gue selalu takut cerita ini ke lo, gue takut
lo ninggalin gue karena gue dari keluarga yang hancur atau gue takut lo tetep
bertahan sama gue tapi cuma karena rasa kasihan. Gue takut." Jelas dia dan
menangis. Jujur, aku terkejut mendengar penjelasannya, aku sama sekali tidak
tahu bahwa Nata anak broken home. Pantas saja dia agak berandal.
"Nata, denger gue! Saat gue udah
meyakinkan hati gue buat lo, gue gak main main Nat gue sayang sama lo, gue akan
selalu ada disamping lo apapun keadaannya. Jangan pernah anggap gue cuma kasihan
kaarena gue gak mau ngeliat lo kayak gini. Nat, tolong bagi rasa sakit itu ke
gue kalo lo gabisa kasih ke orang lain. Rasa sakit itu akan berkurang saat lo
bagi ke gue. Kita berdua ditakdirkan buat saling menguatkan satu sama lain. Gue
akan selalu menjadi penguat lo saat lo sedang lemah, begitupun sebaliknya Nat.
Gue sayang sama lo. Banget. Gak mau sampai kehilangan lo." Ucapku
meyakinkan Nata.
"Kay, gue gak salah. Lo emang orang
yang sampai saat ini membuat gue masih kuat. Kayana maaf tadi gue emosi. Sangat.
Lo tetep pacar gue sampai kapan pun dan gue gaakan biarin lo atau gue untuk
mennjauh satu sama lain. Karena gue yakin tanpa lo gue brengsek." Ucapnya
lemah dan terdengar isakan sedikit.
Aku hanya mengangguk dalam pelukannya.
"Ikut gue, Kay" perintahnya dan
sudah melepaskan pelukannya lalu menggandeng tanganku.
"Kemana?"
"Ketemu nyokap gue, gue mau ngenalin
lo sekalian mau meyakinkan nyokap gue kalo ada kita berdua yang akan menghapus
rasa sakit yang mama gue rasain. Karena dengan kita bersama saling menguatkan
semua rasa sakit itu akan hilang. Gue gamau mama gue ngerasainnya sendirian
sampai dia mencari pelampiasan di club club malam. Gue sedih Kay"
jelasnya.
"Hebat.." ucapku sambil tersenyum.
●●●
Nata Pranaja. Perlahan lahan masalah yang
dia hadapi selama ini selesai. Dia dengan sungguh sungguh memulai kehidupan
yang baru dan melupakan masa lalu yang kelam yang membuat mamanya depresi.
Kehidupan dia dan mamanya pun membaik, itu berkat kekuatan yang Nata salurkan
untuk mamanya. Nata bersyukur kehidupan keluarganya mulai harmonis meski tanpa
adanya sosok sang Ayah ditengah tengah mereka berdua.
"Kay, makasih atas semua yang lo lakuin
untuk gue selama 6 bulan ini dan lo selalu ada disamping gue, gue udah bilang berkali kali kalo tanpa lo itu
gue lemah. Gue janji gue akan selalu ada disamping lo juga apapun yang terjadi.
Thanku for all you've done for me, don't ever leave me. I love u my girl."
Curah Nata menggenggam tanganku di taman yang indah ini.
"Nata, setiap manusia diciptakan untuk
saling melengkapi. Maka dari itu jangan pernah ragu untuk berbagi, setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya. Kita dipertemukan pasti ada alasannya Nat
entah untuk kebahagiaan maupun kesedihan intinya kita dipertemukan untuk melengkapi
kekurangan masing masing. I never leave u and I love you too everyday, everytimes,
everyminutes, everysecond, and Forever." Balasku dengan tenang dan tersenyum.
"Sejak kejadian didepan club malam
itu, aku sadar aku tidak bisa berdiri sendiri dalam kegelapan dan kamu adalah
cahaya yang aku cari untuk membantu aku keluar dari kegelapan itu, Kay"
Kami pun saling terseyum bahagia.
Karena tidak akan ada seorang pun yang bisa
keluar dari gelap tanpa adanya titik cahaya. Maka jika dirimu tidak ingin terus
terjebak dalam kegelapan itu biarlah cahaya itu masuk ketempat dimana kamu
terjebak, meskipun cahaya itu hanya sedikit membantu. Setidaknya sedikit
sedikit itu bisa menjadi bukit. Dan biarlah kita menjadi seperti besi dan batu
yang kuat untuk dijadikan pondasi, agar rumah yang kita inginkan tidak runtuh
saat ada badai dan hujan karena pondasi yang kita bangun sangat kokoh.
End.